Berita

Pembangunan Ponpes Milik Gus Nur di Situbondo Ditolak Warga

Diterbitkan

-

Papan Pembangunan Pondok Pesantren yang akan diasuh Gus Nur. (im)
Papan Pembangunan Pondok Pesantren yang akan diasuh Gus Nur. (im)

Memontum Situbondo – Warga Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, meradang dan menolak keras tentang rencana pendirian Pondok Pesantren (Ponpes) oleh tokoh kontroversi SUGI NUR atau yang akrab di kenal dengan julukan GUS NUR semakin berbuntut panjang.

Pasalnya, tidak hanya warga sekitar yang menolak pendirian Pesantren tersebut. Namun juga mendapat kecaman dari salah satu aktivis ternama di Situbondo yang berasal dari Kecamatan Besuki Situbondo Eko Febrianto selaku “Ketua Umum LSM SITI JENAR” (“Situbondo Investigasi Jejak Kebenaran”).

Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) SITI JENAR, Eko Febrianto saat mendampingi warga. (im)

Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) SITI JENAR, Eko Febrianto saat mendampingi warga. (im)

Ketua Umum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) SITI JENAR, Eko Febrianto mengatakan, bahwa kami mendukung penuh warga, tokoh masyarakat dan Kades Blimbing Besuki terkait penolakan dan penutupan lokasi pembangunan Ponpes milik Gus Nur itu.

Sambung dia, karena saya menilai penolakan warga dan Kades Blimbing itu sangatlah wajar. Serta kami mendukung dan menolak keras rencana pembangunan Ponpes milik Sugi Nur tersebut.

“Saya selaku warga Besuki juga menolak keras pendirian Pesantren tersebut. jangan rusak generasi muda kita dengan ajaran-ajaran keras ala Sugi Nur. Kami masyarakat Besuki – Situbondo adalah warga NU tulen,” ucapnya. Jum’at (24/7/2020) siang.

Advertisement

Menurut Eko Febrianto, Gus Nur diduga sering kali melontarkan ujaran kebencian dan menghina Pemerintah juga para Kiai golongan NU.

” Rekam jejak ceramah Sugi Nur yang kerap menghina serta menyebarkan ujaran kebencian dan diduga sering kali memprovokasi. Maka hal itu menjadi alasan utama penolakan kami bersama warga Besuki, “tukasnya.

Lebih lanjut dijelaskan Eko, secara moral sebagai da’i itu seharusnya dalam menyampaikan ceramah, Gus Nur harus sopan agar dia diterima dimanapun dia berada.

” Saya sebagai warga NU, juga tidak akan setuju kalau daerah kami juga di tempati ajaran keras ala Sugi Nur. Yang notabene mengaku da’i, karena cara ceramahnya begitu tidak sopan dan sering menyinggung perasaan umat. Khususnya kami selaku warga NU, “jelasnya.

Advertisement

Diungkapkan Eko Febrianto, mestinya da’i itu memilih cara-cara penyampaian yang terbaik, menarik serta simpati bagi umat. Bukan malah memecah belah ummat seperti yang dilakukan dia selama ini.

” Kalau ini dibiarkan maka sangat berbahaya, nanti umat islam dikatakan islam itu keras dan islam radikal. Sebenarnya kan tidak begitu. Islam ini adalah Agama RAHMATAN LIL ALAMIN oleh sebab itu, saya hanya ingin da’i yang dikenal Gus Nur itu sadar diri. Sebab masyarakat menolak keras untuk pembangunan Ponpes di Desa Blimbing itu, agar mereka bisa menyadari kedepannya jangan diterus-teruskan dakwahnya begitu, bahaya itu, ” ungkap Eko Febrianto.

Lanjut dia, dengan adanya penolakan warga sekitar dan para tokoh tersebut, semoga tidak ada atau asumsi perbuatan diskriminasi kepada Sugi Nur alias Gus Nur. Sebab, kata Eko Febrianto, Gus Nur itu bukanlah ulama, sehingga tidak dapat dikatakan melakukan kriminasilasi dan diskriminasi pada ulama.

“ Ulama itu seharusnya memiliki karakter abid (taat kepada Allah, red), arif, alim dan tidak mungkin berbicara sembarangan, apalagi menyebar ujaran kebencian di masyarakat. Masyarakat akan menilai sendiri, pantas atau tidak jika seorang ulama melakukan hal itu, ” tutur Eko Febrianto.

Advertisement

Eko Febrianto menegaskan, jika Gus Nur seorang ulama akan berdakwah dengan cara yang baik. Seperti lazimnya ulama-ulama kita, baik seperti Syekh Maulana Habib Lutfi di Pekalongan. Serta para ulama-ulama Kharismatik lainnya yang ada di Kabupaten Situbondo.

“Dakwah yang baik dengan bil hikmah, bil khasanah. Bijaksana dalam tutur kata. Walaupun berdebat, harus dengan argumentasi dan rasional. Sedangkan apa yang dilakukan Gus Nur jauh dari reputasi serta representasi islam, ”tegasnya.

Ditambahkan Eko Febrianto, seperti diketahui banyak beredar video di internet, Gus Nur terindikasi melakukan penghinaan terhadap lembaga NU. Dan bahkan Pemerintah ceramah-ceramah Gus Nur dinilai kuat berpotensi memecah persatuan dan syarat dengan nuansa pembodohan massal.

“Nah, itu yang membuat warga Besuki tidak menerima dan kehadiran Gus Nur untuk mendirikan sebuah Pesantren di Bumi Sholawat Nariyah atau Kota Santri Situbondo,” pungkasnya. (im/yan)

Advertisement

 

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas